Selamat Datang

Terima kasih telah mengunjungi blog ini, semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua. Semua isi blog ini bisa dicopy dan disebarluaskan tanpa harus meminta izin dari blog ini.

Monday 27 December 2010

Kericuhan Pembelian Tiket Final Piala AFF

By: Fakhrudin

Prestasi yang ditunjukan timnas sepakbola indonesia di babak penyisihan dan semifinal berdampak luar biasa dari animo masyarakat indonesia untuk menyaksikan langsung timnas kesayangan mereka. Rasa nasionalisme yang tiba-tiba mengelora ini berdampak pada kericuhan dalam pembelian tiket.
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan kericuhan tersebut. Dari sisi suporter, mereka berpendapat bahwa manajemen tiket yang buruklah yang mengakibatkan kericuhan tersebut. Di sisi lain, manajemen berkata bahwa kericuhan tersebut terjadi karena kapasitas stadion GBK yang tidak mampu menampung banyaknya masyarakat yang ingin menonton langsung.
Saya yang meninjau langsung dari tempat kejadian mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
  1. Kurangnya kapasitas stadion GBK. Stadion GBK sekarang mempunyai kapasitas 83.000 penonton (sumber: pengelola stadion GBK). Kapasitas ini dianggap masih kurang jika animo masyarakat seperti sekarang ini. Hal ini juga bisa dijadikan alasan mengapa kericuhan penjualan tiket terjadi. Masyarakat yang tidak mendapatkan tiket akan kecewa. Solusinya, Bangun stadion baru. Sebenarnya Indonesia sedang melakukan tahap tersebut. Stadion Taman BMW di jakarta, stadion Nasional riau, dan stadion gedebage bandung merupakan beberapa stadion yang masih dalam tahap pembangunan. Namun, kapasitasnya masih belum bisa melampaui GBK. Indonesia perlu stadion baru berkapasitas besar.
  2. Pendapat suporter timnas yang menyatakan bahwa semua ini akibat manajemen penjualan tiket yang buruk merupakan alasan yang tepat. Berikut ini merupakan kesalahan dalam manajemen penjualan tiket:
  • Penjualan tiket hanya di satu tempat yaitu stadion GBK. Satu tempat dinilai tidak akan bisa menampung antrean masyarakat walaupun telah dibuka 20 loket penjualan. Itu menurut PSSI tetapi kenyataannya kemarin hanya ada empat loket. Penjualan tiket yang di pusatkan pada satu tempat tidak mampu menyediakan tempat antrean yang nyaman bagi pengantre. Seharusnya, penjualan tiket tersedia di beberapa tempat dan diserahkan kepada pengelola tiket profesional yang telah berpengalaman dalam penyelenggaraan even besar sperti konser music rock.
  • Penjualan tiket yang dimulai pukul 10.00 WIB, bahkan penjualan kemarin dimulai pukul 10.30 WIB menjadi kesalahan kedua dari manjemen tiket. Tidak tersedianya tempat antrean yang nyaman dan waktu penjualan yang sudah terbilang siang membuat para pengantre banyak yang kelelahan sehingga sulit mengontrol emosi. Saya telah bertanya ke sebagian pengantre, ada yang mengantre dari subuh bahkan ada rela tidur di emperan stadion. Ya, mereka sangat kelelahan. Seharusnya penjualan dibuka lebih pagi setidaknya pukul 08.00 WIB. Setidaknya mereka tidak terlalu lama jikalaupun tiket telas habis. Kita bisa bayangkan ketika banyak orang telah mengantre sekitar 6 jam mengetahui bahwa tiket telah habis, emosi akan meledak. Kalau penjualan dibuka lebih pagi, mereka tidak akan terlalu lama mengunggu kepastian dapat atau tidaknya tiket.
  • Masih munculnya calo. Hal yang satu ini masih dipertanyakan kebenarannya. Namun, hari kamis dan hari ini terjadi pengeroyokan terhadap seseorang yang mereka anggap sebagai calo. Mereka pun menemukan banyak tiket di tangan orang yang diduga calo tersebut. Benar atau tidak? belum bisa dipastikan.
Masih ada lagikah? Y, silahkan berpendapat. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Tidak terulang bukan berarti animo masyarakat menurun tetapi ada sistem yang lebih baik. Satu lagi yang paling penting semoga timnas sepakbola Indonesia juara piala AFF. Leg I, Indonesia kalah 3-0, semoga di leg II kita bisa membalas.





Antrean pembelian tiket final piala AFF


Para pengantre emosi dan mmasuk ke dalam loket penjualan.


Para pengantre protes, meneriakan revolusi di tubuh PSSI, meminta Nurdin mundur.




kerusahan pintu stadion GBK akibat Kericuhan.

0 comments:

Post a Comment