Selamat Datang

Terima kasih telah mengunjungi blog ini, semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua. Semua isi blog ini bisa dicopy dan disebarluaskan tanpa harus meminta izin dari blog ini.

Monday, 12 July 2010

Hablumminannas (hubungan Manusia dengan Manusia)

Bismillahirahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat-nikmat-Nya bagi kita semua. Tidak lupa shalawat dan salam kita tujukan pada junjungan kita Rasullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Hablumminnas (Hubungan Manusia dengan Manusia) merupakan salah satu kewajiban bagi muslim. Banyak hal yang diperintahkan Allah SWT dalam upaya kita menjalin hubungan antara manusia. Di dalam Al-qur’an tertera sebagai berikut:
  • Mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),
  • Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
  • Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an.
  • Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
  • Tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.

Inti dari semua itu ialah menuntut kita untuk saling mengasihi antara satu dan yang lainnya.

Kemudian timbul pertanyaan kasih sayang yang bagaimanakah yang di ridhoi Allah SWT. ?

Sebelum kita lanjut ke penjelasan yang lebih detail tentang kasih sayang, saya punya pertanyaan, menurut kalian siapakah yang membuat para nabi dan syuhada iri akan keimanannya???

Diriwayatkan oleh abu huhairah Ra, Rasulullah SAW dalam masalah ini:
“sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, yang di atasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian cahaya. Wajah mereka bercahaya, dan mereka itu bukan nabi dan bukan juga para syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada tertegun (merasa iri) kepada mereka sehingga mereka berkata: “hai Rasulullah, tolong beritahu siapa gerangan mereka itu?” Beliau menjawab: “mereka adalah yang saling menjalin cinta kasih karena Allah, dan saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata.”(HR Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra)

Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa kasih sayang yang dilandasi karena Allah lah sebenar-benarnya kasih sayang. Bersaudara dan bercintalah karena Allah SWT.
Jika kita lihat zaman sekarang, sangat jarang persaudaraan dan percintaan dilandasi hanya karena Allah SWT. Ketika kita bertanya mengapa kamu mau berteman dengan dia, maka beragam jawaban akan muncul. Namun, hanya sedikit yang menjawab karena Allah SWT.

Umumnya mereka menjawab: “dia itu kalo diajak ngomong nyambung”, “dia itu pinter, dan sering bantuin buatin pr”, ada juga yang bilang “ia itu baik soalnya sering traktir makan”.

Ketika kita bertanya orang yang sedang jatuh cinta, maka jawabannya tidak jauh beda.
“dia itu ganteng/cantik, jadi enak dilihat, kalo diajak jalan gk malu-maluin.”,
“dia tajir, kan kalo jalan-jalan bisa dibeliin baju.”,
Atau juga “gk tau kenapa pokoknya wkt pertama ketemu kyk ada getaran gitu, ada chemistry lah kalo orang sering bilang.”
Semua itu merupakan kenyataan di dunia saat ini. Mereka telah lupa bahwa sesungguhnya semua akan kembali kepada Allah SWT.

Kita kembali kepada kasih sayang yang dilandasi hanya karena Allah SWT.
Kasih sayang karena Allah SWT dibagi menjadi dua derajat.
Yang pertama, kita menyayangi orang lain dengan harapan mampu mendekatkan diri kita pada Allah SWT.

Yang kedua, derajat ini lebih tinggi dari derajat yang pertama, yaitu kita menyayangi orang lain karena Allah cinta kepada dia.


Dua derajat itulah yang mampu menjawab pertanyaan apakah kasih sayang yang kita sekarang dilandasi karena Allah SWT atau tidak. Ingatlah bahwa semua akan kembali kepada Allah SWT. Dia lah maha penyayang, dan Dia lah yang bakal menguatkan kasih sayang diantara kita, dan Dia lah pula yang akan memisahkan kita.
Habluminannas wa Habluminallah, hubungan manusia dengan manusia demi memperkuat hubungan manusia dengan Allah SWT.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, baik untuk dunia maupun akhirat.

Sumber : Alqur’an dan hadist
Kitab Aqidah Arba’in fi ushuliddin
Buku “Bercinta dan Bersaudara Karena Allah, karangan ust. Husni adham jarror

Tuesday, 6 July 2010

Sastra Berjalan

Bus orange bertuliskan Blok M-Tanah Kusir 71 melintas di hadapanku yang seakan tak mampu lagi berjalan setelah lelah menjunguk binatang-binatang langka di Ragunan. Tak banyak pikir aku lambaikan tangan ke arah bus yang menandakan aku siap menjadi penumpang setianya sampai tujuan.
Cahaya remang-remang dari matahari sebentar lagi menghilang dari pandangan mataku dan kegelapanpun mulai menampakkan diri ke hadapanku. suara bising dari knalpot kendaraan beroda dua, tiga dan empat dengan setia menemani perjalananku ke kediaman yang jauh dari orang tua.
Bus yang aku tumpangi berhenti sejenak untuk kembali melayani penumpang baik yang turun maupun yang naik. Satu per satu penumpang baru naik dan mulai mencari temppat duduk yang masih lowong. Namun, satu dari penumpang baru itu tidak dengan sesegera mencari tempat duduk. Ia bahkan dengan gagah berdiri di hadapan kami sambil memegang beberapa lembar kertas putih tanpa secerca goresan. Tiba-tiba, ia berorasi selayaknya MC di tv yang sering kita lihat. Kemudian, ia lanjutkan dengan hentakan-hentakan suara bermakna.
Kegelapan pasti akan datang.
Tetapi kegelapan tidak akan pernah kekal.
Kegelapan takkan pernah mematikan kita.
Kegelapan takkan mampu menghentikan kita untuk berusaha.
Kita kuat,
Kita percaya bahwa cahaya pasti perlahan datang,
menggantikan kegelapan ini.
Lalu, apa yang terjadi jika waktu yang menghadang,
waktu tak mau lagi menemani kita.
kita takkan mampu lagi berusaha.
kita takkan mampu lagi berlari.
takutlah jika waktu mati,
dan jangan pernah takut akan kegelapan.

Kata demi kata ia teriakan dengan semangat penuh membara. Para penumpang pun terkejut dengan apa yang telah ia lakukan tidak terkecuali saya. Inilah pelestari sastra Indonesia. Inilah sebuah sastra berjalan.
Namun, ada satu hal yang masih membuat aku bingung. Kertas. Ya, kertas putih polos yang ia bawa mau digunakan untuk apa. Ia gulung kertas itu sehingga menyerupai corong yang biasa kita lihat di pangkalan minyak tanah. Ia mulai tadahkan kertas itu dari baris paling depan. Satu per satu uang baik logam maupun kertas jatuh ke gulungan kertas berbentuk corong itu. Itulah penghargaan yang diberikan para penumpang bus kepadanya.
Tulisan pendek ini saya buat sebagai penghargaan untuk ia sang sastra berjalan. Sastra dibalas dengan sastra. Terus lestarikanlah Sastra Indonesia.

Motivasi Abadi

Setiap orang pasti membutuhkan motivasi dalam hidupnya. Tidak sedikit orang selalu berusaha mencari-cari sesuatu yang dapat dijadikan motivasi dalam kehidupan mereka.

Tidakkah terbesit dalam pikiran kita mengapa kita selalu mencari motivasi itu?.

Apakah kita belum menemukan sebuah motivasi sehingga kita terus mencarinya?.

Jawabanya karena kita mudah kehilang motivasi itu setelah kita mendapatkannya. Motivasi yang abadilah yang seharusnya kita cari. Motivasi abadi datangnya dari hubungan kita dengan tuhan bukan dari orang lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga membutuhkan motivasi atau inspirasi hidup dari orang-orang besar di seluruh dunia baik yang telah tiada ataupun yang masih ada. Namun, ingatlah semua itu hanyalah bersifat sementara. Motivasi yang bersifat sementara itu sebagai pengindahan dari motivasi yang abadi.
Motivasi abadi yang datang dari tuhan sangatlah sederhana yaitu berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

Jadi ingatlah, jangan pernah ragu untuk melakukan sesuatu yang dilandasi dengan niat baik serta jangan pernah ragu untuk menghapus pikiran jahat yang terlintas dalam pikiran kita.

Sekali kita ragu maka kita akan mengisi waktu selanjutnya dengan sebuah penyesalan yang tentunya akan menguras waktu kita untuk hal yang sangat tidak penting yaitu penyesalan.

Hapuslah keragu-raguan kita akan dua hal tersebut. Jangan sia-siakan waktu kita yang sangat berharga untuk melakukan penyesalan. Semakin kita baik kualitas hubungan kita dengan Tuhan maka semakin besar pula motivasi abadi yang kita dapatkan. Kemudian perindahlah motivasi abadi itu dengan hal-hal yang ditunjukkan kepada Tuhan untuk kita melalui orang-orang yang telah membesarkan dunia ini.