Selamat Datang

Terima kasih telah mengunjungi blog ini, semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua. Semua isi blog ini bisa dicopy dan disebarluaskan tanpa harus meminta izin dari blog ini.

Monday, 27 December 2010

Kericuhan Pembelian Tiket Final Piala AFF

By: Fakhrudin

Prestasi yang ditunjukan timnas sepakbola indonesia di babak penyisihan dan semifinal berdampak luar biasa dari animo masyarakat indonesia untuk menyaksikan langsung timnas kesayangan mereka. Rasa nasionalisme yang tiba-tiba mengelora ini berdampak pada kericuhan dalam pembelian tiket.
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan kericuhan tersebut. Dari sisi suporter, mereka berpendapat bahwa manajemen tiket yang buruklah yang mengakibatkan kericuhan tersebut. Di sisi lain, manajemen berkata bahwa kericuhan tersebut terjadi karena kapasitas stadion GBK yang tidak mampu menampung banyaknya masyarakat yang ingin menonton langsung.
Saya yang meninjau langsung dari tempat kejadian mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
  1. Kurangnya kapasitas stadion GBK. Stadion GBK sekarang mempunyai kapasitas 83.000 penonton (sumber: pengelola stadion GBK). Kapasitas ini dianggap masih kurang jika animo masyarakat seperti sekarang ini. Hal ini juga bisa dijadikan alasan mengapa kericuhan penjualan tiket terjadi. Masyarakat yang tidak mendapatkan tiket akan kecewa. Solusinya, Bangun stadion baru. Sebenarnya Indonesia sedang melakukan tahap tersebut. Stadion Taman BMW di jakarta, stadion Nasional riau, dan stadion gedebage bandung merupakan beberapa stadion yang masih dalam tahap pembangunan. Namun, kapasitasnya masih belum bisa melampaui GBK. Indonesia perlu stadion baru berkapasitas besar.
  2. Pendapat suporter timnas yang menyatakan bahwa semua ini akibat manajemen penjualan tiket yang buruk merupakan alasan yang tepat. Berikut ini merupakan kesalahan dalam manajemen penjualan tiket:
  • Penjualan tiket hanya di satu tempat yaitu stadion GBK. Satu tempat dinilai tidak akan bisa menampung antrean masyarakat walaupun telah dibuka 20 loket penjualan. Itu menurut PSSI tetapi kenyataannya kemarin hanya ada empat loket. Penjualan tiket yang di pusatkan pada satu tempat tidak mampu menyediakan tempat antrean yang nyaman bagi pengantre. Seharusnya, penjualan tiket tersedia di beberapa tempat dan diserahkan kepada pengelola tiket profesional yang telah berpengalaman dalam penyelenggaraan even besar sperti konser music rock.
  • Penjualan tiket yang dimulai pukul 10.00 WIB, bahkan penjualan kemarin dimulai pukul 10.30 WIB menjadi kesalahan kedua dari manjemen tiket. Tidak tersedianya tempat antrean yang nyaman dan waktu penjualan yang sudah terbilang siang membuat para pengantre banyak yang kelelahan sehingga sulit mengontrol emosi. Saya telah bertanya ke sebagian pengantre, ada yang mengantre dari subuh bahkan ada rela tidur di emperan stadion. Ya, mereka sangat kelelahan. Seharusnya penjualan dibuka lebih pagi setidaknya pukul 08.00 WIB. Setidaknya mereka tidak terlalu lama jikalaupun tiket telas habis. Kita bisa bayangkan ketika banyak orang telah mengantre sekitar 6 jam mengetahui bahwa tiket telah habis, emosi akan meledak. Kalau penjualan dibuka lebih pagi, mereka tidak akan terlalu lama mengunggu kepastian dapat atau tidaknya tiket.
  • Masih munculnya calo. Hal yang satu ini masih dipertanyakan kebenarannya. Namun, hari kamis dan hari ini terjadi pengeroyokan terhadap seseorang yang mereka anggap sebagai calo. Mereka pun menemukan banyak tiket di tangan orang yang diduga calo tersebut. Benar atau tidak? belum bisa dipastikan.
Masih ada lagikah? Y, silahkan berpendapat. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Tidak terulang bukan berarti animo masyarakat menurun tetapi ada sistem yang lebih baik. Satu lagi yang paling penting semoga timnas sepakbola Indonesia juara piala AFF. Leg I, Indonesia kalah 3-0, semoga di leg II kita bisa membalas.





Antrean pembelian tiket final piala AFF


Para pengantre emosi dan mmasuk ke dalam loket penjualan.


Para pengantre protes, meneriakan revolusi di tubuh PSSI, meminta Nurdin mundur.




kerusahan pintu stadion GBK akibat Kericuhan.

Friday, 24 December 2010

Proklamasi Iblis

Pada dasarnya, Allah menciptakan jin dan manusia agar mereka menyembah Allah (lihat surah Azd Dzaariyaat :56). Namun, kebanyakan dari mereka ingkar terhadap perintah tersebut. Manusia yang ingkar terhadap perintah ini disebut Kafirun, sedangkan jin yang ingkar terhadap perintah ini disebut Syaitan. Mereka akan bahu-membahu bersama iblis untuk merekrut anggota penghuni neraka.

Pada hakekatnya, Iblis merupakan makhluk Allah yang taat beribadah. Namun, hal itu ia lakukan sebelum Allah menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam. Iblis ingkar terhadap perintah Allah untuk bersujud (sujud penghormatan) kepada Nabi Adam. Iblis merasa lebih mulia dari manusia, ia diciptakan dari api sementara manusia hanya dari tanah. Kemudian Allah mengusir Iblis dari surga.

Setelah iblis diusir Allah dari surga, ia meminta kompensasi agar ia tetap bisa menggoda manusia sampai hari kiamat tiba. Allah mengabulkan permintaan iblis itu. Oleh karena itu iblis sampai sekarang akan terus menggoda dan mencari teman untuk menemaninya di dalam neraka karena Iblis sendiri sudah pasti masuk neraka.
Iblis pun dengan segera membuat proklamasi. “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat),” kata iblis.

Ada pun menurut para ahli tafsir, Iblis akan mendatangi kita dari depan maksudnya kita akan digoda dengan kenikmatan dunia. kita seakan hidup hanya untuk mencari kesenangan dunia semata, dari pagi hingga pagi lagi kita disibukkan untuk mengejar kenikmatan dunia. Adapun kenikmatan dunia itu ialah yang sering kita sebut dengan tiga ta, harta, tahta, dan wanita.

Iblis dan para punggawanya, syaitan dan kafirun, akan mendatangi kita dari belakang maksudnya mereka akan membisikan kita untuk melupakan akhirat. Kita akan senantiasa berpikir pendek. Pokoknya apa yang ada sekaranglah yang dikerjain, urusan akhirat masalah nanti, toh belum tentu ada.

Kita akan didatangi iblis dari kanan maksudnya kita akan dihalangi untuk berbuat kebaikan. Sebagai contoh mereka membisikan kita, “tuh lihat temanmu yang tidak pernah shalat aja rezekina lancar. Ngapain kamu susah-susah shalat toh rezeki kamu masih kayak gini-gini juga masih tetap kere.” Iblis dan para pengikutnya akan selalu menggoda kita dari kanan yaitu menhalangi kita untuk berbuat kebaikan. Adapun Iblis akan mendatangi kita dari kiri maksudnya kita akan digoda untuk melakukan kejahatan.

Kemudian yang terakhir, Iblis ngomong akan ada sedikit orang yang bersyukur. Iblis tidak hanya akan membuat kita menjadi kufur Iman tetapi juga menjadi kufur nikmat. Kebanyakan kita akan merasa kekurangan padahal dilain pihak sudah begitu mengimpikan menjadi seperti kita. Tidak bersyukur pada nikmat Allah, ini juga merupakan bisikkan pada Iblis dan para punggawanya.

Terima kasih atas perhatiannya, semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.

Cerita di atas dapat dilihat di Al Qur’an, surah Al A’raaf, ayat 11-18.

Friday, 17 December 2010

Buku Sekolah Elektronik

Bagi teman-teman yang membutuhkan buku Elektronik SMA (matematika, fisika, biologi, kimia) gratis dari Kemendiknas, silakan buka alamat web di bawah ini:

http://kimiavegas.wordpress.com/bse/

atau bisa juga klik link Buku Sekolah Elektronik di daftar link sebelah kanan artikel ini.

Semoga bermanfaat.

Monday, 6 December 2010

Tujuh Golongan yang Dinaungi Allah pada Hari Kiamat

Hari kiamat merupakan hari yang sangat dahsyat dan genting, di mana seluruh makhluk akan dikumpulkan untuk diminta pertanggungjawabannya atas amal perbuatan yang pernah ia kerjakan selama di dunia. Pada hari itu matahari akan didekatkan sampai jarak satu mil hingga manusia akan tenggelam dalam cucuran peluh mereka masing-masing sesuai dengan baik dan buruknya amal perbuatan mereka selama di dunia.
Namun pada hari yang teramat panas tersebut, Allah telah berjanji akan menaungi tujuh golongan dari hamba-hamba pilihan-Nya. Mereka inilah yang telah disebut oleh Rasulullah dalam sabdanya:
“tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari ketika tidak ada tempat berteduh kecuali dibawah naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah-mereka berjumpa dan berpisah karena Allah, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita bangsawan nan jelita namun ia mengelaknya dan berkata: “sesungguhnya aku takut kepada Allah”, seseorang yang bersedekah kemudian ia merahasiakannya sampai-sampai tang kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfaqkan oleh tang kanannya, dan seorang lelaki yang berzikir dalam kesnyian lantas berlinang air matanya.” (HR. Bukhari:660 dan Muslim:1031)

1. Seorang Pemimpin yang adil
Golongan pertama yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat adalah seorang imam (penguasa) yang menjalankan roda kepemimpinannya dengan adil dan penuh tanggung jawab, sesuai dengan konsep serta prinsip-prinsip hukum dalam islam. Ia menjalankan kepercayaan rakyatnya dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban yang telah dibebankan di atas pundaknya.

2. Seorang Pemuda yang Tumbuh Dalam Beribadah Kepada Allah
Masa muda merupakan masa bergejolaknya syahwat serta kerasnya dorongan hawa nafsu duniawi lainnya, sehingga tak jarang jika banyak kaum muda yang larut dalm kubangan dosa dan kemaksiatan. Kendati demikian, Rasullah telah mengabarkan bahwasanya ada di antara mereka yang senantiasa berlari menjauh dari ancaman dosa semacam itu, bahkan mereka selalu berusaha membentuk pribadinya dalam ketaatan kepada Allah, maka mereka inilah yang telah dikabarkan oleh Allah dalam firman-Nya:

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.(QS. al-kahfi: 13)

3. Seoarang Lelaki yang Hatinyya Terpaut Kepada Masjid
Sesungguhnya seorang hamba yang hatinya terpaut kepada masjid tidaklah merasakan kedamaian dan ketentraman melainkan ketika ia berada di dalam masjid, yaitu di saat is dapat bersimpuh, bermunajat, dan bertaqarrub kepada Allah dengan penuh khusyu’ dan kerendahan diri.sesungguhnya mereka inilah yang telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:

Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At-taubah: 108)

4. Cinta dan Benci Karena Allah
Ikatan cinta yang dibangun karena Allah merupakan satu-satunya rajutan kasih sayang abadi yang tidak akan pernah pupus sampai kapanpun juga. banyak ayat dan hadits-hadits Rasulullah yang berbicara mengenai hal ini. Di antaranya adalah forman Allah:


Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. (Al Hasyar: 9)

5. Seorang Lelaki yang Menjauh dari Dosa Zina Karena Takut Kepada Allah
Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Yusuf ketika beliau digoda untuk berbuat zina oleh seorang wanita bangsawan nan jelita, bersamaan dengan itu tidak ada juga seorang pun melihat kecuali mereka berdua. Namun, baliau dengan keras menolak ajakan tersebut seraya berkata: “Aku berlindung kepada Allah. (QS. Yusuf: 23)

6. Seseorang yang Bersedekah Dengan Ikhlas
Yaiutu orang-oran yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah dengan tidak menceritakannya kepada orang lain karena takut akan riya’ dan sum’ah. Dan tidaklah mereka menginfaqkan hartanya melainkan semata-mata karena Allah serta mengharapkan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.(QS. Al-Hadid: 18)

7. Seseorang yang Menangis di Kala Mengingat Allah
Sifat seoarang hamba terakhir yag disebutkan oleh Rasulullah dari sekelompok orang yang akan dinaungi pada hari kiamat adalah seoarang yang mengingat Allah dalam kesunyian, kemudian air matanya berlinang karena takut kepada-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang memiliki sifat semacam ini tidak akan pernah disentuh oleh panasnya api neraka. Rasulullah bersabda: “dua mata yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka adalah mata yang menangis karena takut kepda Allah dan mata yang tidak tidur (berjaga) di jalan Allah”

Semoga kita termasuk dalam tujuh golongan tersebut.

Tuesday, 16 November 2010

SEKALI LAGI MENGAPA MENGGUNAKAN HISAB


Syamsul Anwar
(Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah)


Website Muhammadiyah telah banyak memuat kajian tentang masalah hisab dan rukyat. Bahkan website ini juga memuat buku Pedoman Hisab Muhammadiyah, yang di dalamnya masalah hisab dan rukyat dibahas secara luas. Namun ketika Website ini melangsir berita “Muhammadiyah telah tetapkan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha” ada beberapa pembaca yang memberikan tanggapan. Intinya yang bersangkutan merasa ada ganjalan dengan penetapan bulan-bulan ibadah dengan hisab. Kenapa tidak memakai rukyat yang diajarkan oleh Rasulullah? Pembaca lain menanggapi bahwa untuk Iduladha supaya mengikuti Arab Saudi saja.

Oleh karena itu sekali lagi perlu diturunkan penjelasan tentang mengapa harus menggunakan hisab dan tidak menggunakan rukyat.

Sebelum lebih lanjut masuk ke masalah ini, terlebih dahulu secara lengkap tanggapan kedua pembaca di atas dikutipkan di sini secara utuh sebagai berikut:

Mohon maaf, saya besar dan hidup di lingkungan Muhammadiyah, namun ada yang sedikit mengganjal tentang penetapan awal puasa dan lebaran. Kenapa lebih mengutamakan dengan hisab bukan dengan melihat hilal. Ya walaupun saya juga sadar ilmu astronomi berkembang pesat, namun ilmu yang terbaik adalah ilmu yang datang dari sisi Allah yang diajarkan oleh baginda Rasulullah saw. Hasil dari melihat secara langsung hilal dibanding dengan perkiraan bukankah lebih mantap dengan melihat hilal? Mohon maaf, saya ini hamba Allah yang masih fakir ilmu. Jika saya salah, tolong diingatkan.

Pembaca lainnya menulis, “Menurut saya khusus untuk 10 Dzulhijjah walaupun sudah ada perhitungan tepat, pada waktunya ikutin saja pelaksanaan ibadah haji. Kalo jamaah haji wukuf hari Senin, ya Selasanya Idul Adha. Wallahu a'lam.”

Apa yang dikemukakan oleh kedua penanggap di atas bukanlah perasaan pribadi, melainkan merupakan pandangan banyak orang, bahkan di tingkat dunia. Pada berbagai konferensi dan pertemuan internasional tentang hisab dan rukyat masalah tersebut selalu muncul. Terakhir dalam Konferensi Astronomi Emirat Kedua yang dilaksanakan awal Juni baru lalu, salah seorang pembicara, yakni Dr. Nidhal Guessoum, menyatakan bahwa kita harus membuat kalender hijriah bizonal
(kalender hijriah yang membagi dunia menjadi dua zona penanggalan) demi menghindari memasuki bulan kamariah baru, tanpa terjadinya rukyat di dunia Islam
[walaupun yang beliau maksud dengan rukyat bukan rukyat sesungguhnya karena rukyat sesungguhnya tidak bisa membuat kalender, tetapi maksudnya adalah hisab imkanu rukyat]. Jadi aspirasi rukyat masih melekat kuat pada banyak orang. Begitu pula pandangan mengikuti Arab Saudi, juga banyak diamalkan. Pemerintah Mesir,
misalnya, khusus untuk bulan Zulhijah mengikuti Arab Saudi karena haji dan puasa Arafah. Akan tetapi untuk Ramadan, Idulfitri dan bulan-bulan lain Mesir membuat penetapan sendiri yang bisa saja berbeda dengan Arab Saudi. Barangkali penanggap di atas pernah atau sedang kuliah di sana.

Kembali ke persoalan kita, akan halnya ilmu Allah yang diturunkan kepada dan diajarkan oleh baginda Rasulullah saw haruslah difahami secara kaffah, tidak hanya sebagian-sebagian. Di dalam ilmu Allah yang diajarkan oleh baginda Rasulullah saw itu ada perintah-perintah dan larangan-larangan. Perintah dan larangan itu ada yang tidak berilat (tidak berkausa, tidak disertai keterangan sebab/alasan) dan ada yang berilat. Perintah Rasulullah saw agar salat zuhur empat rakaat dan salat subuh dua rakaat, misalnya, tidak ada kausanya (ilatnya) mengapa penetapan baginda itu demikian. Kalau dipikir-pikir menurut akal, mestinya salat zuhurlah yang dua rakaat karena biasanya para pekerja di pabrik atau di kantor mempunyai waktu istirahat siang hanya singkat, terkadang tidak cukup untuk salat dan makan siang ditambah mengaso sedikit. Sebaliknya di subuh hari orang masih punya banyak waktu dan sekalian sambil olah raga, sehingga mestinya rakaat salatnya lebih banyak. Itu semua menurut akal. Perintah baginda tersebut tidak dapat diakal-akali, karena merupakan perintah yang tidak berilat, dan semua orang harus menjalankan apa adanya sesuai perintah itu. Kata Imam al-Gazzali, ketentuan tak berilat ini kebanyakannya dalam hal-hal ibadah, walaupun ada juga dalam selain ibadah.

Macam kedua perintah dan larangan itu adalah perintah dan larangan yang berilat, yaitu ada keterangan sebab (alasan) mengapa diperintahkan atau dilarang seperti itu. Ilat perintah atau larangan itu ada yang disebutkan secara bersamaan dengan penyebutan perintah atau larangannya, dan ada pula yang disebutkan terpisah, bahkan ada yang tidak disebutkan sama sekali, namun dapat ditemukan melalui ijtihad. Diagramnya dapat dilihat sebagai berikut:








Contoh ilat yang disebutkan bersamaan adalah ilat kebolehan tidak berpuasa Ramadan di bulan Ramadan. Ilatnya ialah bepergian (safar) atau sakit. Ilat safar dan sakit ini disebutkan mengiringi perintah puasa Ramadan. Sedangkan ilat yang disebutkan terpisah, dan ini yang penting di sini, contohnya adalah ilat perintah rukyat. Perintah rukyat disebutkan dalam hadis, “Berpuasalah kamu karena telah melihat hilal, dan beridulfitrilah karena telah melihat hilal” [Diriwayatkan oleh jamaah ahli hadis]. Ilat perintah rukyat ini disebutkan terpisah dalam hadis lain, walaupun keduanya masih sama-sama dalam kitab puasa. Hadis yang menerangkan ilat perintah rukyat itu adalah sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya kami ini adalah umat yang ummi, dalam arti tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab”
[riwayat jamaah ahli hadis]. Menurut ulama-ulama besar seperti Syeikh Muhammad Rasyid Rida, Mustafa az-Zarqa, dan Yusuf al-Qaradawi perintah rukyat (melihat hilal) itu adalah perintah berilat dan ilatnya adalah karena umat pada umumnya di zaman Nabi saw adalah ummi, yakni belum mengenal tulis baca dan belum bisa melakukan perhitungan hisab. Untuk mengetahui pendapat ketiga ulama ini baca terjemahannya dalam edisi ke-2 dari buku Muhammad Rasyid Rida dkk., Hisab Bulan Kamariah: Tinjauan Syar‘i tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah, diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah, 2009.

Menurut Rasyid Rida lebih lanjut, adalah tugas Rasulullah saw untuk membebaskan umatnya dari keadaan ummi itu dan beliau tidak boleh membiarkan mereka terus dalam keadaan ummi tersebut. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah,
“Dia-lah yang telah mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka sendiri untuk membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan kebijaksanaan. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata” [Q. 62:2]. Dari kenyataan ini kemudian Rasyid Rida menyimpulkan bahwa “hukum keadaan ummi berbeda dengan hukum keadaan telah mengetahui baca-tulis dan kebijaksanaan.”

Maksud beliau adalah bahwa pada zaman di mana orang belum dapat melakukan perhitungan hisab, seperti di zaman Nabi saw, maka digunakan rukyat karena itulah sarana yang tersedia dan mudah pada zaman itu. Akan tetapi setelah masyarakat mengalami perkembangan peradaban yang pesat di mana penguasaan astronomi sudah sedemikian canggih, maka tidak diperlukan lagi rukyat. Ini sejalan pula dengan kaidah hukum Islam yang menyatakan, “Hukum itu berlaku menurut ada atau tidak adanya ilat.” Artinya apabila hisab belum bisa dilakukan karena belum ada yang menguasainya, maka digunakan rukyat. Akan tetapi setelah umat tidak lagi ummi di mana penguasaan astronomi telah maju dan dapat diterapkan secara akurat, maka perintah rukyat tidak berlaku lagi. Kita cukup menggunkan hisab. Bahkan Syeikh Ahmad Syakir seorang ahli hadis – yang oleh al-Qaradawi dikatakan sebagai seorang salafi tulen yang biasanya hanya mengamalkan hadis secara harfiah – menegaskan, “Pada waktu itu adalah saya dan beberapa kawan saya termasuk orang yang menentang pendapat Syaikh Akbar itu [yakni Syeikh al-Maraghi yang berpandangan hisab, pen.]. Sekarang saya menyatakan bahwa ia benar, dan saya menambahkan: wajib menetapkan hilal dengan hisab dalam segala keadaan, kecuali di tempat tidak ada orang yang mengetahui ilmu itu.”

Rasyid Rida, az-Zarqa, dan al-Qaradawi menyatakan bahwa rukyat itu bukan bagian dari ibadah itu sendiri dan bukan tujuan syariah, melainkan hanya sarana
(wasilah) saja. Oleh karena itu apabila kita telah menemukan wasilah yang lebih akurat, maka kita harus menggunakan sarana yang lebih akurat tersebut. Secara khusus al-Qaradawi menegaskan, “mengapa kita tetap jumud harus bertahan dengan sarana yang tidak menjadi tujuan syariah sendiri.”

Apabila kita mengamati semangat al-Quran, kita melihat bahwa kitab suci ini memerintahkan pengorganisasian waktu secara cermat karena kalau tidak akan menimbulkan kerugian (Q. 103: 1-3). Tetapi kitab ini tidak hanya memerintahkan melakukan pengorganisasian waktu saja secara cermat, tetapi juga memberi beberapa petunjuk pokok tentang caranya. Yaitu dengan mengamati langit dan berbagai benda langit yang ada. Dalam kaitan ini Allah menegaskan bahwa Matahari dan Bulan itu dapat diprediksi dan dihitung geraknya [Q. 55: 5]. Ini bukan hanya sekedar penegasan deklaratif semata, melainkan merupakan pernyataan imperatif yang memerintahkan supaya dilakukan perhitungan karena banyak kegunaannya bagi kehidupan manusia. Antara lain kegunaannya adalah untuk mengetahui bilangan tahun dan penandaan waktu [Q. 10: 5]. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa semangat al-Quran sendiri adalah hisab, bukan rukyat. Hal ini membawa seorang ulama Yordania, Syeikh Syaraf al-Qudhah, kepada kesimpulan bahwa, “Pada asasnya penentuan awal bulan adalah dengan hisab.”

Jadi demikianlah ilmu Allah yang diajarkan oleh baginda Rasulullah saw sebagaimana difahami oleh ulama-ulama tersebut. Sekarang kita lanjutkan, selain alasan sayr’i di atas masih ada sejumlah alasan ilmiah dan praktis. Pertama, pengamalan rukyat mengakibatkan tidak bisa membuat sistem penanggalan. Alasannya sederhana, yakni awal bulan baru, baru bisa diketahui pada h-1 dan tidak bisa diketahui jauh hari sebelumnya. Menurut Prof. Dr. Idris Bensari, Ketua Asosiasi Astronomi Maroko, umat Islam sampai hari ini belum dapat membuat suatu sistem penanggalan yang akurat dan berlaku secara terpadu bagi seluruh umat Islam dunia disebabkan oleh kuatnya umat Islam berpegang kepada rukyat.

Penggunaan rukyat telah mengakibatkan timbul beberapa masalah sivil dan agama. Kaum minoritas Muslim pekerja di Eropa dan Amerika tidak dapat meminta cuti hari raya (id), karena setiap kali mereka mengajukannya ke perusahaan tempat mereka bekerja, mereka ditanya tanggal berapa id itu jatuh, agar bisa disiapkan pengganti mereka hari itu, mereka tidak dapat memberikan jawaban pasti, karena jatuhnya hari id itu baru dapat ditentukan sehari sebelumnya melalui rukyat dan tidak dapat ditentukan jauh hari sebelumnya karena tidak ada kalender yang pasti. Karena tidak dapat memberikan kepastian mereka tidak dapat diberi cuti.

Kedua, rukyat tidak dapat menyatukan tanggal dan karenanya tidak dapat menyatukan momen-momen keagamaan umat Islam di seluruh dunia dalam hari yang sama. Sebaliknya rukyat memaksa umat Islam untuk berbeda hari selebrasi momen keagamaan mereka. Hal itu karena pada hari terjadinya rukyat awal bulan baru, rukyat itu terbatas jangkauannya dan tidak meliputi seluruh permukaan bumi. Akibatnya ada bagian muka bumi yang sudah berhasil rukyat, dan ada bagian muka bumi yang tidak dapat merukyat. Yang sudah berhasil rukyat memasuki bulan baru malam itu dan keesokan harinya, sedang yang belum dapat merukyat memasuki bulan baru lusa, sehingga terjadilah perbedaan hari raya misalnya. Untuk dapat melihat kenyataan ini, mari kita lihat beberapa proyeksi dan visualisasi rukyat ke atas peta bumi, seperti berikut [perhitungan dan peta dibuat berdasarkan al-Mawaqit ad- Daqiqah].









Ketiga ragaan di atas memvisualisasikan rukyat hilal. Kawasan di dalam lengkungan kurve rukyat adalah kawasan yang dapat melihat hilal, sementara yang di luarnya tidak dapat merukyat. Ragaan 1 menampakkan rukyat hilal Syawal 1439 H pada hari Kamis petang 14-06-2018 M sesaat sesudah matahari terbenam. Pada sore Kamis itu yang diperkirakan dapat melihat hilal Syawal 1439 H adalah sebagian besar benua Amerika, seluruh benua Afrika, sebagian kecil benua Eropa dan Asia. Indonesia terbelah: seluruh Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya termasuk Babel serta sebagian Jawa termasuk Pelabuhanratu dapat merukyat hilal Syawal 1439 H bilamana cuaca terang dan baik. Seluruh Austraia, sebagian benua Amerika, sebagian besar Eropa dan Asia tidak dapat melihat hilal Syawal 1439 H sore Kamis 14-06-2018 M.

Ini menggambarkan bahwa rukyat tidak pernah dapat menyatukan penanggalan Islam di seluruh dunia. Kalau kita konsekuen memegangi hadis-hadis rukyat secara harfiah, maka kawasan yang belum dapat merukyat mestinya belum memasuki bulan baru meskipun satu negara, karena ada di antara versi hadis rukyat itu yang menegaskan jangan berpuasa atau beridulfitri sebelum melihat hilal.

Ditambah lagi dengan hadis Kuraib yang terkenal itu yang menyatakan bahwa rukyat tidak dapat ditranfer ke kawasan yang tidak berhasil merukyat seperti rukyat Damaskus tidak dapat ditransfer ke Madinah sebagaimana ditegaskan dalam hadis tersebut meskipun kedua kota itu waktu itu satu negara. Oleh karena itu timbul perbedaan pendapat di kalangan para ulama pendukung rukyat tentang boleh atau tidaknya transfer rukyat, dan kalau boleh sejauh mana. Ada yang mengatakan rukyat dapat ditransfer (diberlakukan ke daerah yang tidak bisa merukyat) sejauh batas salat belum dapat diqasar. Ada yang berpendapat boleh ditransfer ke negeri berdekatan, bahkan ada yang berpendapat boleh transfer rukyat ke seluruh dunia, walapun pendapat ini secara astronomis adalah mustahil. Di zaman modern, para pendukung kalender bizonal (kalender yang membagi dunia ke dalam dua zona tanggal dan kalender yang disemangati rukyat) membolehkan transfer rukyat dalam satu zona tanggal (separoh muka bumi, karena transfer ke seluruh muka bumi mustahil). Jadi apabila rukyat terjadi di suatu tempat di zona barat, rukyat itu dapat diberlakukan ke seluruh zona itu, dan tidak dapat diberlakukan ke zona timur. Akibatnya tanggal antara kedua zona itu tidak bisa disatukan, timbul masalah puasa Arafah seperti akan dijelaskan.

Itulah problematika rukyat. Metode ini tidak dapat menyatukan kalender Islam secara menyeluruh dengan mencakup seluruh dunia. Karena itu dalam Temu Pakar II tahun 2008 para peserta yang hadir menyimpulkan bahwa untuk menyatukan kalender umat Islam sedunia tidak ada jalan lain kemcuali menggunakan hisab.

Ketiga, rukyat menimbulkan problem pelaksanaan puasa Arafah, karena rukyat itu terbatas liputannya. Bisa terjadi bahwa di Mekah belum ada rukyat sementara di daerah lain (sebelah barat) sudah terjadi rukyat. Atau di Mekah sudah terjadi rukyat sementara di kawasan lain (sebelah timur) belum terjadi rukyat. Problemnya adalah bahwa rukyat dapat menyebabkan orang di kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Iduladha di kawasan ujung barat itu dan puasa pada hari raya dilarang. Bagi kawasan di sebelah timur Mekah, problemnya adalah bisa jadi hari wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan tanggal 8 Zulhijah di kawasan ujung timur bumi. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus Zulhijah 1439 H dan 1455 H pada ragaan 2 dan 3.

Ragaan 2 memperlihatkan bahwa hilal Zulhijah 1439 H pada Sabtu sore 11-
08-2018 M hanya terlihat pada kawasan kecil dari muka bumi, yaitu di Samudera Pasifik sebelah timur Garis Tanggal Internasional (GTI). Rukyat tersebut pada hari Sabtu tidak mencapai daratan benua Amerika. Rukyat hanya dapat terjadi pada sore itu di Kepulauan Hawai dan pulau-pulau lain di Pasifik sebelah timur GTI. Di ibukota Honolulu ketinggian Bulan sore Sabtu tersebut 09º 7’ 49”. Jadi sudah cukup tinggi untuk dapat dirukyat. Ini artinya orang-orang Muslim di Negara Bagian Hawaii itu memasuki tanggal 1 Zulhijah 1439 H pada hari Ahad 12-08-2018 M, dan tanggal 9
Zulhijah (hari puasa Arafah) jatuh hari Senin 20-08-2018 M dan 10 Zulhijah (hari
Iduladha) jatuh hari Selasa 21-08-2018 M.

Sementara itu Mekah pada hari Sabtu sore belum bisa merukyat meskipun Bulan sudah di atas ufuk, karena posisinya masih amat rendah, yaitu 02º 12’ 27”. Data astronomis Bulan pada sore Sabtu 11-08-2018 M di Mekah itu belum memenuhi kriteria Istambul 1978 dan kriteria paling mutakhir dari Audah. Bahkan diteropong pun juga belum akan terlihat. Ini artinya Mekah akan memasuki 1 Zulhijah lusa hari konjungsi, yaitu pada hari Senin 13-08-2018 M, dan 9 Zulhijah (wukuf) jatuh hari Selasa 21-08-2018 M dan 10 Zulhijah (hari Iduladha) jatuh pada hari Rabu 22-08-
2018 M. Jadi dalam kasus ini hari Arafah di Mekah yang jatuh hari Selasa 21-08-2010
M bersamaan dengan Iduladha di Hawaii, sehingga orang Muslim di sana tidak mungkin melaksanakan puasa Arafah sebab berpuasa pada hari raya dilarang hukumnya [tetang hari Arafah di Mekah jatuh bersamaan dengan Iduladha di zona barat baca dalam website ini dua artikel, yaitu: KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH INTERNASIONAL: DARI JAMALUDDIN KEPADA SYAMSUL ANWAR, dan satu lagi DARI SYAMSUL ANWAR KEPADA JAMALUDDIN].

Jadi rukyat menyebabkan umat Islam di kawasan waktu ujung barat tidak dapat melaksanakan puasa Arafah. Inilah mengapa rukyat terpaksa harus ditinggalkan. Oleh karena itu pula kita tidak dapat dengan enteng mengatakan bahwa untuk haji, bila di Mekah jamaah haji wukuf, maka kita puasa Arafah dan besoknya lebaran haji. Kalau orang di kawasan zona waktu barat menunda masuk bulan Zulhijah yang hilalnya sudah terpampang di ufuk mereka demi menunggu Mekah, maka ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau balau, serta melanggar ketentuan bahwa “apabila kamu telah melihat hilal puasalah, dan apabila kamu melihatnya berharirayalah.”

Kasus paralel ditampilkan oleh ragaan 3 di atas. Sebalik dari ragaan 2, pada ragaan 3 rukyat Zulhijah 1455 H sudah dimungkinkan di Mekah bilamana cuaca terang dan baik pada hari Ahad 19-02-2034 M dengan ketinggian Bulan 06º 35’ 12” dan busur rukyat (arc of vision) 08º 16’ 32”. Data ini telah memenuhi kriteria rukyat Istambul 1978 dan kriteria Audah. Jadi Mekah memasuki 1 Zulhijah 1455 H pada hari Senin 20-02-2034 M, 9 Zulhijah 1455 H pada hari Selasa 28-02-2034 M dan 10
Zulhijah (Iduladha) pada hari Rabu 1 Maret 2034 M. Sementara itu di Indonesia belum dimungkinkan rukyat pada hari Ahad 19-02-2034 M itu karena posisi hilal masih rendah, di Pelabuhanratu baru 03º 02’ 19”. Ketinggian ini menurut kriteria internasional belum memungkinkan rukyat, sehingga Indonesia akan memasuki 1
Zulhijah pada hari Selasa 21-02-2034, 9 Zulhijah jatuh hari Rabu 1 Maret 2034 M, dan iduladha jatuh kamis 2 maret 2034 M. Dari sini terlihat bahwa hari Arafah di Mekah (Selasa 28-02-2034 M) jatuh bersamaan 8 Zulhijah di Indonesia. Di sini timbul pertanyaan apa orang puasa Arafah tanggal 8 Zulhijah? Inilah problem rukyat yang tidak dapat menyatukan tanggal secara global.

Mengenai rukyat untuk ketinggian Bulan 3º seperti di atas, di Indonesia biasanya diyakini ketinggian demikian memungkinkan rukyat. Akan tetapi kajian ilmiah tidak menunjukkan demikian. Seorang dosen ilmu falak mengatakan bahwa selama 7 tahun pengalamannya merukyat di Obsevatorium Bosscha belum pernah terjadi bahwa bulan berketinggian kurang dari 5º dapat dirukyat.

Memang sering ada klaim rukyat padahal posisi Bulan masih amat rendah, bahkan masih di bawah ufuk. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa memang ada dorongan psikologis untuk cepat-cepat melihat hilal sehingga terjadi halusinasi di mana orang merasa melihat hilal padahal hilal sesungguhnya belum ada. Ini terjadi di berbagai negeri baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di Arab Saudi penelitian tentang 45 kali Ramadan sejak Ramadan 1380 H sampai dengan Ramadan 1425 H, menunjukkan bahwa dari 45 kali Ramadan itu ternyata 29 kali hilal masih di bawah ufuk tetapi diklaim telah terukyat. Penetapan Zulhijah beberapa tahun terakhir juga ternyata Bulan masih di bawah ufuk. Pada tahun 1428 H (2007 M) penetapan Zulhijah Arab Saudi oleh Majlis al-Qadla’ al-A’la mendapat kecaman teramat pedas dari Islamic Crescents’ Observation Project (ICOP) dan diminta untuk mencabut penetapan tersebut. [Mengenai rukyat Saudi lihat dalam website ini artikel berjudul RUKYAT SAUDI, PUASA ARAFAH, DAN MENDESAKNYA PEMBUATAN KALENDER ISLAM TERPADU].

Kenyataan-kenyataan di atas menunjukkan bahwa rukyat tidak dapat memberikan suatu penandaan waktu yang pasti dan komprehensif dan karena itu tidak dapat menata waktu pelaksanaan ibadah umat Islam secara selaras di seluruh dunia. Itulah mengapa dalam upaya melakukan pengorganisasian sistem waktu Islam di dunia internasional sekarang muncul seruan kuat agar kita memegangi hisab dan tidak lagi menggunakan rukyat. Seruan ini masih belum banyak disadari lapisan luas masyarakat Muslim karena kekurangan wawasan dan hanya berpegang kepada tradisi yang diwarisi beberapa abad dari zaman lampau. Kenyataan di atas juga menunjukkan bahwa penyatuan penanggalan Islam tidak hanya cukup pada tingkat nasional masing-masing negara, karena adanya masalah puasa Arafah yang menyangkut lintas negara. Penyatuan penanggalan secara nasional saja belum sungguh-sungguh menyatukan karena ada masalah puasa Arafah. Oleh karena itu penyatuan penanggalan Islam itu harus internasional.

Sebagai catatan akhir dapat disimpulkan bahwa metode rukyat tidak dapat menyatukan penanggalan umat Islam dan menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah. Ini artinya kita harus menggunakan hisab. Oleh karena itu marilah kita coba melapangkan dada dan menengok permasalahannya secara luas baik dari segi dalil-dalil nas al-Quran dan hadis maupun dari segi ilmu astronomi yang juga merupakan ilmu Allah “yang diuraikannya untuk menguak ayat-ayat-Nya bagi kaum yang mengetahui” [cf. Q. 10:5]. [Untuk melengkapi bacaan ini baca juga dalam website ini PUASA, IDULFITRI DAN HISAB- RUKYAT].


Kalasan, Yogyakarta, 18 Syakban 1431 H
30 Juli 2010 M
Syamsul Anwar



catatan:
surah Ar Rahman, 55:5



surah yunus, 10:5

Monday, 12 July 2010

Hablumminannas (hubungan Manusia dengan Manusia)

Bismillahirahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat-nikmat-Nya bagi kita semua. Tidak lupa shalawat dan salam kita tujukan pada junjungan kita Rasullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Hablumminnas (Hubungan Manusia dengan Manusia) merupakan salah satu kewajiban bagi muslim. Banyak hal yang diperintahkan Allah SWT dalam upaya kita menjalin hubungan antara manusia. Di dalam Al-qur’an tertera sebagai berikut:
  • Mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),
  • Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
  • Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an.
  • Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
  • Tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.

Inti dari semua itu ialah menuntut kita untuk saling mengasihi antara satu dan yang lainnya.

Kemudian timbul pertanyaan kasih sayang yang bagaimanakah yang di ridhoi Allah SWT. ?

Sebelum kita lanjut ke penjelasan yang lebih detail tentang kasih sayang, saya punya pertanyaan, menurut kalian siapakah yang membuat para nabi dan syuhada iri akan keimanannya???

Diriwayatkan oleh abu huhairah Ra, Rasulullah SAW dalam masalah ini:
“sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, yang di atasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian cahaya. Wajah mereka bercahaya, dan mereka itu bukan nabi dan bukan juga para syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada tertegun (merasa iri) kepada mereka sehingga mereka berkata: “hai Rasulullah, tolong beritahu siapa gerangan mereka itu?” Beliau menjawab: “mereka adalah yang saling menjalin cinta kasih karena Allah, dan saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata.”(HR Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra)

Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa kasih sayang yang dilandasi karena Allah lah sebenar-benarnya kasih sayang. Bersaudara dan bercintalah karena Allah SWT.
Jika kita lihat zaman sekarang, sangat jarang persaudaraan dan percintaan dilandasi hanya karena Allah SWT. Ketika kita bertanya mengapa kamu mau berteman dengan dia, maka beragam jawaban akan muncul. Namun, hanya sedikit yang menjawab karena Allah SWT.

Umumnya mereka menjawab: “dia itu kalo diajak ngomong nyambung”, “dia itu pinter, dan sering bantuin buatin pr”, ada juga yang bilang “ia itu baik soalnya sering traktir makan”.

Ketika kita bertanya orang yang sedang jatuh cinta, maka jawabannya tidak jauh beda.
“dia itu ganteng/cantik, jadi enak dilihat, kalo diajak jalan gk malu-maluin.”,
“dia tajir, kan kalo jalan-jalan bisa dibeliin baju.”,
Atau juga “gk tau kenapa pokoknya wkt pertama ketemu kyk ada getaran gitu, ada chemistry lah kalo orang sering bilang.”
Semua itu merupakan kenyataan di dunia saat ini. Mereka telah lupa bahwa sesungguhnya semua akan kembali kepada Allah SWT.

Kita kembali kepada kasih sayang yang dilandasi hanya karena Allah SWT.
Kasih sayang karena Allah SWT dibagi menjadi dua derajat.
Yang pertama, kita menyayangi orang lain dengan harapan mampu mendekatkan diri kita pada Allah SWT.

Yang kedua, derajat ini lebih tinggi dari derajat yang pertama, yaitu kita menyayangi orang lain karena Allah cinta kepada dia.


Dua derajat itulah yang mampu menjawab pertanyaan apakah kasih sayang yang kita sekarang dilandasi karena Allah SWT atau tidak. Ingatlah bahwa semua akan kembali kepada Allah SWT. Dia lah maha penyayang, dan Dia lah yang bakal menguatkan kasih sayang diantara kita, dan Dia lah pula yang akan memisahkan kita.
Habluminannas wa Habluminallah, hubungan manusia dengan manusia demi memperkuat hubungan manusia dengan Allah SWT.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, baik untuk dunia maupun akhirat.

Sumber : Alqur’an dan hadist
Kitab Aqidah Arba’in fi ushuliddin
Buku “Bercinta dan Bersaudara Karena Allah, karangan ust. Husni adham jarror

Tuesday, 6 July 2010

Sastra Berjalan

Bus orange bertuliskan Blok M-Tanah Kusir 71 melintas di hadapanku yang seakan tak mampu lagi berjalan setelah lelah menjunguk binatang-binatang langka di Ragunan. Tak banyak pikir aku lambaikan tangan ke arah bus yang menandakan aku siap menjadi penumpang setianya sampai tujuan.
Cahaya remang-remang dari matahari sebentar lagi menghilang dari pandangan mataku dan kegelapanpun mulai menampakkan diri ke hadapanku. suara bising dari knalpot kendaraan beroda dua, tiga dan empat dengan setia menemani perjalananku ke kediaman yang jauh dari orang tua.
Bus yang aku tumpangi berhenti sejenak untuk kembali melayani penumpang baik yang turun maupun yang naik. Satu per satu penumpang baru naik dan mulai mencari temppat duduk yang masih lowong. Namun, satu dari penumpang baru itu tidak dengan sesegera mencari tempat duduk. Ia bahkan dengan gagah berdiri di hadapan kami sambil memegang beberapa lembar kertas putih tanpa secerca goresan. Tiba-tiba, ia berorasi selayaknya MC di tv yang sering kita lihat. Kemudian, ia lanjutkan dengan hentakan-hentakan suara bermakna.
Kegelapan pasti akan datang.
Tetapi kegelapan tidak akan pernah kekal.
Kegelapan takkan pernah mematikan kita.
Kegelapan takkan mampu menghentikan kita untuk berusaha.
Kita kuat,
Kita percaya bahwa cahaya pasti perlahan datang,
menggantikan kegelapan ini.
Lalu, apa yang terjadi jika waktu yang menghadang,
waktu tak mau lagi menemani kita.
kita takkan mampu lagi berusaha.
kita takkan mampu lagi berlari.
takutlah jika waktu mati,
dan jangan pernah takut akan kegelapan.

Kata demi kata ia teriakan dengan semangat penuh membara. Para penumpang pun terkejut dengan apa yang telah ia lakukan tidak terkecuali saya. Inilah pelestari sastra Indonesia. Inilah sebuah sastra berjalan.
Namun, ada satu hal yang masih membuat aku bingung. Kertas. Ya, kertas putih polos yang ia bawa mau digunakan untuk apa. Ia gulung kertas itu sehingga menyerupai corong yang biasa kita lihat di pangkalan minyak tanah. Ia mulai tadahkan kertas itu dari baris paling depan. Satu per satu uang baik logam maupun kertas jatuh ke gulungan kertas berbentuk corong itu. Itulah penghargaan yang diberikan para penumpang bus kepadanya.
Tulisan pendek ini saya buat sebagai penghargaan untuk ia sang sastra berjalan. Sastra dibalas dengan sastra. Terus lestarikanlah Sastra Indonesia.

Motivasi Abadi

Setiap orang pasti membutuhkan motivasi dalam hidupnya. Tidak sedikit orang selalu berusaha mencari-cari sesuatu yang dapat dijadikan motivasi dalam kehidupan mereka.

Tidakkah terbesit dalam pikiran kita mengapa kita selalu mencari motivasi itu?.

Apakah kita belum menemukan sebuah motivasi sehingga kita terus mencarinya?.

Jawabanya karena kita mudah kehilang motivasi itu setelah kita mendapatkannya. Motivasi yang abadilah yang seharusnya kita cari. Motivasi abadi datangnya dari hubungan kita dengan tuhan bukan dari orang lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga membutuhkan motivasi atau inspirasi hidup dari orang-orang besar di seluruh dunia baik yang telah tiada ataupun yang masih ada. Namun, ingatlah semua itu hanyalah bersifat sementara. Motivasi yang bersifat sementara itu sebagai pengindahan dari motivasi yang abadi.
Motivasi abadi yang datang dari tuhan sangatlah sederhana yaitu berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

Jadi ingatlah, jangan pernah ragu untuk melakukan sesuatu yang dilandasi dengan niat baik serta jangan pernah ragu untuk menghapus pikiran jahat yang terlintas dalam pikiran kita.

Sekali kita ragu maka kita akan mengisi waktu selanjutnya dengan sebuah penyesalan yang tentunya akan menguras waktu kita untuk hal yang sangat tidak penting yaitu penyesalan.

Hapuslah keragu-raguan kita akan dua hal tersebut. Jangan sia-siakan waktu kita yang sangat berharga untuk melakukan penyesalan. Semakin kita baik kualitas hubungan kita dengan Tuhan maka semakin besar pula motivasi abadi yang kita dapatkan. Kemudian perindahlah motivasi abadi itu dengan hal-hal yang ditunjukkan kepada Tuhan untuk kita melalui orang-orang yang telah membesarkan dunia ini.

Wednesday, 24 March 2010


Tak teringat, tetapi terlihat

ratusan hari ku melekat denganmu
ribuan hari ku tergantung denganmu
tak teringat dibenakku
seberapa banyak keringat yang kau kucurkan
seberapa besar tenaga yang kau korbankan
sebarapa lebar senyuman yang kau berikan
semua hanya untukku
tak ada satupun yang terlukis dibenakku

ku lihat diri ini
berbgai bekas terlihat dengan jelas
ku yakin inilah yang ia brikan padaku
ku mampu tersenyum
ku mampu tertawa
ku mampu berdiri
ku mampu bicara
dan ku mampu berpikir
tuk berikan kebahagiaan kepada cinta-cintaku

semua bekas inilah yang terlihat jelas
yang meyakinkanku
tuk selalu menjaganya
tuk selalu menghangatkannya
tuk selalu membuatnya tersenyum
dan tuk selalu membuatnya bahagia
bahagia selamanya........

Monday, 15 March 2010

satu jantung di hatiku

Kerikil kecil di sepanjang jalanku
Buatku kuat akan luka
Perih rintih hati tak ada lagi
Terimakasih jantung hatiku
Kau satu, satu jantung di hatiku

Ku tahu ini bukanlah akhir luka
Ini gerbang menuju luka berat
Ini gerbang menuju kuat baja
Terimakasih jantung hatiku
Kau satu, satu jantung di hatiku

Ku tahu kau pasti dekat
Tapi inginku selalu dekatmu
Dekatkanlah ku selalu
Terimakasih jantung hatiku
Kau satu, satu jantung di hatiku