Sebagian sahabat pun terkejut dan bertanya, “apakah jumlah kami waktu itu sedikit, ya Rasul?”
Rasul menjawab, “tentu saja tidak, kamu tidak sedikit pada saat itu, bahkan jumlahmu banyak, tetapi keadaanmu saat itu seperti buih di lautan dan akan dicabut kehabatanmu dimata musuh-musuhmu. Pada saat itu dihatimu dicampakkan penyakit wahan.”
Para sahabat bertanya, “ apakah penyakit wahan itu, ya Rasul?”
“terlalu cinta dunia dan terlalu takut dengan mati,” jawab Rasul.
Begitulah peringatan yang diberikan Rasulllah kepada para sahabat yang tentunya menjadi peringatan bagi semua umat islam untuk terus bersatu teguh menegakkan Islam.
Umat islam yang saat itu mayoritas mudah diterpengaruh oleh budaya asing yang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Pada saat itu umat islam tidak lagi memperhatikan adab-adab islam itu sendiri. Mereka terjangkit penyakit wahan, terlalu cinta dunia dan terlalu takut mati. Mereka sibuk dengan urusan dunia dan tidak pernah memikirkan kesiapan mereka untuk akhirat kelak. Hal ini merupakan cerminan dari Hadist yang tertulis bahwa rasulullah pernah berkata, “akan datang sutau masa pada umatku, di mana islam ada tetapi hanya sekedar namanya saja. Al-Qur’an itu ada tetapi hanya tinggal tulisannya saja.”
Menghadipi itu semua kita perlu mempersiapkan anak-anak kita nanti agar mereka tidak terjerumus dalam keadaan yang demikian itu, agar penerus perjuangan kita tidak terjangkit penyakit wahan. Jika kita memperhatikan dari hadist di atas, tentulah dapat dibayangkan bagaimana beratnya perjuangan mereka dalam menghadapi kehidupan kelak.
Mendidik anak merupakan tugas penting bagi orang tua. Anak merupakan amanah dan menyianyiakan amanah itu dosa, bahkan oarang tua bisa masuk nereka karena tidak bertanggung jawab terhadap anaknya. Merunut sebuah riwayat, seseorang yang shalatnya tepat waktu, zakat tidak pernah lupa, haji sudah berkali-kali, ikut pengajian sering dan setelah ditimbang-timbang amalannya lebih banyak dari dosanya dan akhirnya diputuskan untuk masuk surga. Seorang lagi datang. Orang ini tidak pernah shalat, tiap malam mabuk, berzina. Setelah ditimbang-timbang, ia diputuskan masuk neraka. Namun, orang ini protes. Dia tidak shalat, selalu mabuk dan berzina dan melakukan kejahatan lainnya karena ia tidak pernah diberitahu orang tuanya, orang tuanya tidak pernah mengajarkan kebaikan kepadanya. Setalah ditanya, ternyata orang tuanya merupakan orang shaleh yang tersebut sebelumnya. Akhirnya orang shaleh tadi dipanggil dan dimasukkan ke nereaka bersama anaknya tadi. Dari cerita tersebut terlihat bahwa begitu pentingnya mendidik anak. Oleh karena itu, penting bagi kita mengetahui bagaiman cara yang paling ideal menurut Islam dalam mendidik anak. Al-qur’an memberikan penjelasan tentang mendidik anak yang paling ideal menurut islam melalui surah lukman.
Pertama, Masalah Ketauhidan
Hal pertama yang ditanamkan Lukman pada anaknya ialah masalah ketauhidan. Hal ini dapat kita lihat dalam Q.S. Lukman ayat 13, “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". Ketauhidan, jangan menyekutukan Allah, ditanamkan oleh Lukman dikarenakan ketauhidan merupakan dasar jiwa seorang.
Masalah ketauhidan juga menjadi perhatian utama Nabi Ibrahim terhadap anaknya yang bisa kita lihat di Q.S. Al-baqarah:133. “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." Maata’bunamimba’di, Apa yang kau sembah sepeninggalanku?." Berbeda dengan orang tua sekarang yang memikirkan mau makan apa anak mereka kalau mereka meninggal. Orang tua sekarang kebanyakan memikirkan masa depan anaknya dilihat dari segi keuangan mereka kelak sehingga mereka berusah menyekolahkan anaknya di sekolah bonafit yang hanya mementingkan pendidikan dunia semata dan cenderung menyingkirkan akhirat. Tidak salah mendidik mereka agar punya ilmu pengatahuan yang tinggi tetapi hal paling utama ditanamkan seharusnya masalah akidah, mengajarkan mereka bahwa tuhan itu ada dan hanya satu dan jangan menyekutukan Allah.
Pelajaran tauhid ini akan menjadikan anak kita tidak hanya pintar tetapi juga benar akhlaknya, mereka akan senantiasa merasakan kehadirat Allah ta’ala sehingga mereka enggan untuk melakukan kejahatan dan mampu menahan hawa nafsu mereka.
Kedua, Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Hal kedua yang harus kita tananmkan ialah berbakti kepada kedua ibu bapak, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun (lihat Q.S. Lukman: 14). Kedua orang tua merupakan teladan yang paling melekat pada diri seorang anak karena orang tualah yang menemani seorang anak sejak menghirup udara pertama kali sampai ia bisa mengenal dunia luar. Oleh karena itu, sangat pentinglah kiranya menanamkan jiwa ketaatan kepada ibu bapak. Teladan merupakan cara terbaik dalam mendidik.
Ketiga, Pendidikan Moral
“(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Lukman: 16)
Tanamkan bahwa setiap perbutan pasti sekecil apapun pasti akan diperhitungkan baik perbuatan baik ataupun perbutan jahat. Allah ta’alaa mengetahui semua perbuatan kita. Berbuat baik tidak perlu harus dilihat orang karena Allah pasti melihat. Tidak berbuat maksiat walaupun tidak dilihat orang karena Allah ta’alaa pasti melihat. Tanamkan bahwa setiap perbuatan kita di dunia diawasi Allah ta’alaa. Setiap perbuatan akan dicatat malaikat raqib (mencatat amal baik) dan atid (mencatat kebjahatn). Hal ini tidak lain ditujukan agar seorang anak mampu tetap berpegang teguh pada Islam ditengah serbuan para kaum kafir yang tengah gencar menyerang melalui penetrasi budaya kaifir dalam kehidupan seorang muslim.
Keempat, tatanan kehidupan
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(Q.S. Lukman: 17).
Setelah menanamkan jiwa tauhid, berbuat baik kepada ibu bapak, dan pendidikan moral barulah kita tananamkan tatanan kehidupan di dunia yaitu shalat dan mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Buatlah suasana keagamaan dalam lingkungan anak, kontrol shalatnya, ngajinya, serta ajarkan anak untuk selalu mengerjakan yang baik dan mencegah yang mungkar.
Demikianlah hal-hal yang harus kita tanamkan kepada seorang anak agar ia mampu perpegang teguh pada keimanannya terhadap Allah ta’alaa.
0 comments:
Post a Comment